Rabu, 21 Desember 2011

SISTEM PENGEN DALIAN PENJUALAN



Pengertian Sistem Akuntansi
      Dibawah ini terdapat berbagai pengertian dari beberapa orang mengenai sistem akuntansi yang antara lain seperti :
       Menurut Mulyadi (2001;3) Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusa haan.
       Menurut Narko (1993;1) Sistem Akuntansi diartikan sebagai jaringan yang terdiri dari formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, alat-alat dan sumber daya manusia dalam rangka menghasilkan informasi pada suatu organisasi untuk keperluan  pengawasan operasi maupun untuk kepentingan pihak ekstern organisasi.
       Menurut Amir A.J dan Rudi M.T (2000;181) Sistem Akuntansi suatu organisasi terdiri dari metode dan catatan-catatan yang dibuat untuk mengidentifikasikan, me ngumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi organisasi dan menyelenggarakan pertanggungjawaban bagi aktiva dan kewajiban yang ber kaitan.
      Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Akuntansi adalah kumpulan formulir, catatan, prosedur, alat dan sumber daya manusia untuk menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi organisasi/ perusahaan.
Dari definisi tersebut, unsur suatu Sistem Akuntansi Pokok adalah :
1. Formulir
    Merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi.
2. Jurnal
    Merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifi
    kasikan dan meringkas data keuangan dan data lainnya.
3. Buku Besar
    Terdiri dari rekening - rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan
    Yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.
4. Buku Pembantu
    Terdiri dari rekening – rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercan
    Tum dalam rekening tertentu dalam buku besar.

5. Laporan
    Merupakan hasil akhir proses akuntansi yang dapat berupa Neraca, Laporan Rugi
    Laba, dan lain – lain. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran Sistem
    Akuntansi, dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar monitor
    Komputer.
Pengertian Penjualan Tunai
      Penjualan merupakan salah satu bagian dari pendapatan atau penghasilan.
Penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang/jasa secara kredit maupun tunai. Dalam transaksi penjualan tunai, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilih an barang/produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir dan kemudian menerima barang yang dibeli. Prosedur yang dilaksanakan adalah :
1. Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) di bagian pen
    jualan.
2. Bagian kasa menerima pembayaran dari pembeli yang dapat berupa uang tunai, cek
    atau kartu kredit.
3. Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk menyerahkan barang
    kepada pembeli.
4. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
5. Bagian kasa menyetorkan kas yang diterima ke Bank.
6. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan dan
    mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.
Fungsi yang Terkait    
      Fungsi-fungsi yang terkait dalam penjualan tunai adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Penjualan 
    Bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjual
          an tunai (FPT) dan menyerahkan faktur itu kepada pembeli untuk kepentingan
          pembayaran harga barang ke fungsi kas.
      2. Funsi Kas 
          Bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
      3. Fungsi Gudang 
          Bertanggung jawab untuk menyiapakan barang yang dipesan oleh pembeli serta
          menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.
      4. Fungsi Pengiriman 
          Bertanggung jawab untuk membungkus dan menyerahkan barang yang telah di
          bayar harganya kepada pembeli.
      5. Fungsi Akuntansi 
          Bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas
          serta membuat laporan penjualan.


Dokumen yang Digunakan
      Dokumen yang digunakan dalam penjualan tunai adalah :
      1. Faktur Penjualan Tunai (FPT) 
          Digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manaje
          men mengenai transaksi penjualan tunai.
      2. Pita Register Kas (PRK) 
          Merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dengan cara
          mengoperasikan mesin register kas.
      3. Credit Card Sales Slip 
          Alat untuk menagih uang tunai dari bank yang mengeluarkan kartu kredit,untuk
          transaksi penjualan yang telah dilakukan kepada pemegang kartu  kredit.
      4. Bukti Setor Bank 
          Sebagai bukti penyetoran kas ke bank.
      5. Rekap Harga Pokok Penjualan 
          Untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama 1 periode.
      6. Bukti Memorial / Jurnal Voucher 
          Digunakan sebagai dasar pencatatan harga pokok penjualan selama 1 periode
          akuntansi.



Catatan Akuntansi yang Digunakan
      Catatan akuntansi yang digunakan dalam penjualan tunai adalah :
1.      Jurmal Penjualan
2.      Jurnal Penerimaan Kas
3.      Jurnal Umum
4.      Kartu Persediaan
5.      Kartu Gudang.

Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Penjualan Tunai
  1. Prosedur Order Penjualan
  2. Prosedur Penerimaan Kas
  3. Prosedur Penyerahan Barang
  4. Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai
  5. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank
  6. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas
  7. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan.

Sistem Pengendalian Intern
      Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Sistem Pengendalian Intern meliputi organ
isasi semua metode ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan
untuk melindungi harta miliknya, mengecek kecermatan dan kehandalan data akuntan si, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu Sistem Pengendalian Intern adalah baik, jika tidak seorangpun berada dalam kedudukan sedemikian rupa/dengan kata lain merangkap beberapa pekerjaan, sehingga ia dapat membuat kesalahan dan melakukan tindakan yang tidak diinginkan tanpa diketahui dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Menurut Mulyadi Unsur Sistem Pengendalian Intern adalah :
1. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung jawab Fungsional secara Tegas
    a. Harus dipisahkan  antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lain.
    b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan 
        semua tahap suatu transaksi.
2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan yang
    Cukup Terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan dan Biaya.
3. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit Organisasi
    a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus diper
     tanggungjawabkan oleh yang berwenang.
    b. Pemeriksaan Mendadak (Surprised Audit).
    c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang
        atau satu unit organisasi.
    d. Perputaran Jabatan (Job Rotation).
    e. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur sis
        tem pengendalian intern yang lain.
    f. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
    g. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.
    h. Penyeliaan yang merupakan pemonitoran langsung atas kinerja karyawan oleh
        orang tertentu yang diberi tugas.
     i. Fidelity Bond yaitu kontrak dengan perusahaan asuransi yang menyediakan
        garansi keuangan atas kejujuran orang yang namanya tercantum dalam kontrak
        jaminan.
4. Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya
    a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya
    b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan
        sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

PENILAIAN INVESTASI



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan ini ada beberapa macam. Faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempunyai persediaan bahan baku. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a.       Harga bahan baku
Harga bahan baku merupakan penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini.
b.      Perkiraan pemakaian
Sebelum kegiatan pembuatan bahan baku dilaksanakan, maka manajemen harus membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi pada suatu periode.
c.       Biaya-biaya persediaan
Didalam menentukan besarnya persediaan bahan baku, maka perlu diperhitungkan pula biaya-biaya penyelenggaraan bahan baku.
d.      Pemakaian senyatanya
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu (aktual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan pemakaian yang sudah disusun dan harus senantiasa dianalisa, dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kenyataan.
e.       Waktu tunggu
Waktu tunggu (Lead Time) adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku sampai datangnya baha baku tersebut.
f.       Kebijaksanaan pembelanjaan
Seberapa besar persdiaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan akan tergantung pada kebijaksanaan-kebijaksanaan dari dalam perusahaan tersebut.




Pengendalian Persediaan
Menurut terry Hill (2000:104), menyatakan bahwa :
“Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tempat dan komposisi dari persediaan barang maupun bahan baku sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien”.
Dengan adanya persediaan memadai dalam jumlah mutu, tempat dan waktu yang tepat, antara lain berguna untuk :
a.       Menghilangkan resiko terlambatnya kedatangan barang atau bahan yang dipesan.
b.      Menghilangkan resiko dari barang atau bahan yang dipesan tidak dalam kondisi yang baik dan harus dikembalikan lagi.
a.       Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau ikut menjamin kelancaran proses produksi.
c.       Mencapai penggunaan mesin optimal.
d.      Untuk menjaga bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan apabila bahan itu tidak ada pesanan.
e.       Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan langganan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang tersebut.

Fungsi dan Pengendalian Persdiaan
Fungsi Utama Pengendalian Efektif
a.       Pengadaan (Procuring)
Harus diciptakan beberapa prosedur untuk memperoleh supply material yang dibutuhkan dalam jumlah cukup.
b.      Pemeliharaan (Maintaining)
Harus diciptakan beberapa prosedur untuk memelihara dan melindungi material yang sudah masuk sebagai persediaan.
c.       Pengeluaran (Issving)
Harus diciptakan, ditentukan suatu route untuk mengeluarkan pada waktu dan tempat yang dibutuhkan.
Selain fungsi utama diatas ada beberapa fungsi pengendalian persediaan bahan baku lainnya adalah sebagai berikut :
a.       Memperoleh bahan-bahan yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh suatu supply yang cukup dari bahan-bahan yang dibutuhkan, kualitas maupun kuantitas.
b.      Menyimpan dan memelihara bahan-bahan dalam persediaan yaitu mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan melindungi bahan-bahan yang telah dimasukan kedalam persediaan.
c.       Pengeluaran bahan-bahan yaitu menetapkan suatu pengeluaran dan penyimpanan bahan-bahan dengan tetap pada saat serta tempat yang dibutuhkan.
d.      Meminimalisasi investasi dalam bentuk barang (mempertahankan persediaan dalam jumlah yang optimum setiap waktu).

Tujuan Pengendalian Persediaan
Dari teori fungsi dan tujuan pengendalian tersebut diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa pengendaliaan persdiaan bertujuaan untuk :
a.       Optimalisasi dari modal yang tertahan dalam perusahaan.
b.      Menjaga agar proses produksi tetap lancar.
c.       Melindungi persediaan terhadap pemborosan, kerusakan dan resiko-resiko lain.
d.      Tujuan praktis dalam kegiatan untuk mendapatkan biaya persediaan yang minimal.
Tujuan dari pengendalian persdiaan adalah mempunyai jumlah mutu material yang tepat pada waktu dibutuhkan dengan pengeluaran investasi yang minimum sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Menurut Sofjan Assauri (1998:184), untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya minimal, maka diperlukan pengawasan pembeliaan bahan baku yang memenuhi persyaratan-persyaratan menurut kebutuhan yang standar yang ditetapkan dalam perusahaan.Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelian bahan-bahan yaitu :




a.  The Right Quantity (jumlah yang tepat)
Mendapatkan jumlah yang tepat atau optimal, maka kegiatan produksi berjalan dengan kontinu dan penanaman modal untuk kebutuhan bahan baku sesuai dengan yang diperlukan perusahaan dalam periode yang telah ditetapkan dalam neraca.
b.   The Right Quality (mutu yang tepat)
Mendapatkan mutu yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan ini sangat menolong dalam kegiatan produksi. Kegiatan pembelian tidak saja diarahkan untuk mutu yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
c.   The Right Time (waktu yang tepat)
Mendapatkan bahan-bahan yang tepat pada waktunya dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan semula jika hal ini meleset dari rencana yang telah ditetapkan, tentu akan membahayakan keadaan perusahaan, maka dari itu telah terjadi kewajiban bagian pembelian untuk memperhatikan dan memerlukan jaminan dari suplier agar mengirim bahan baku yang telah ditetapkan.
d.   The Rught Price (harga yang tepat)
Mendapat harga yang tepat maksudnya, harga yang didapatkan sesuaai dengan standar harga yang telah ditentukan mutu barang yang akan dibeli.

e.       The Right Sources (sumber yang tepat)
Mendapatkan sumber yang tepat, sehingga dapat menentukan sumber yang mana yang memenuhi persyaratan kebutuhan yang diinginkan, seperti jumlah mutu, waktu dan harga.

Berikut ini akan dijelaskan tentang metode-metode penilaian investasi yang akan di bahas dalam penulisan ilmiah ini :
1 Metode Payback Period
Menurut Bambang Rianto (1995;124), Payback Period adalah “Suatu periode   yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows)”.
Metode ini sering pula disebut dengan istilah lain seperti payout method. Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan usulan investasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi.

Kriteria pemilihan investasi dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
Apabila payback period dari suatu investasi lebih kecil / pendek dari periode payback maksimum, maka usulan investasi tersebut diterima. Sebaliknya kalau payback periodnya lebih panjang dari pada periode maksimum maka usulan investasi ditolak.

Kebaikan Payback  Period

1. Untuk investasi yang besar resikonya dan sulit untuk diperkirakan, maka tes dengan metode ini dapat mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengambilan investasi.
   2. Metode ini dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang   mempunyai rate of return dan resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu pengambilannya paling cepat.
3. Metode ini merupakan alat yang sederhana untuk memilih usul-usul investasi sebelum meningkat ke penilaian lebih lanjut dengan mempertimbangkan kemampuan investasi untuk menghasilkan laba seperti dalam prent value dan discounted cash flow method.

Kelemahan Payback Period

   1. Metode ini tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Uang yang diterima sekarang lebih berharga jika dibandingkan dengan uang yang akan diterima setahun lagi, karena adanya kesempatan untuk memutarkan uang tersebut untuk memperoleh kembali (retun)dalam usaha bisnis.
   2. Metode ini tidak memperlihatkan pendapatan selanjutnya setelah investasi pokok kembali. Bagaimanapun juga aliran kas sesudah payback period merupakan faktor yang menentukan dalam menghitung kemampuan suatu investasi untuk menghasilkan laba.

2 Metode Net Present Value
Menurut metode ini, penerimaan kas (cash inflows) pada masa yang akan datang selama investasi berlangsung, dihitung bedasarkan nilai sekarang. Besarnya selisih antara pendapatan diferensial dengan biaya diferensial serta dampak pajak penghasilan sebagai akibat dari adanya pendapatan diferensial dan biaya diferensial selama umur ekonomis aktiva tetap tersebut, kemudian dinilai tunaikan dengan tariff kembalian tertentu.

Kriteria pemilihan investasi dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
Suatu usulan investasi akan diterima, jika nilai sekarang dari cash inflows lebih besar dari nilai sekarang cash out flows-nya. Dengan demikian, usulan investasi dinilai layak untuk dilaksanakan, jika nilai sekarang aliran kasnya positif.

Kebaikan metode Net Present Value

1.  Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang
2. Dalam present value method semua aliran kas selama umur proyek investasi diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi

Kelemahan metode Net Present Value

1. Membutuhkan perhitungan yang cermat dalam menentukan tariff kembalian investasi
2.   Dalam membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama jumlah investasi yang ditanamkan di dalamnya, nilai tunai aliran kas bersih dalam rupiah tidak dapat dipakai sebagai pedoman

3.   Metode IRR (Internal Rate of Return)
Metode Internal Rate of Return (IRR) sering disebut juga Discounted Cash Flow (DCF). Pada dasarnya Internal Rate of Return Method sama dengan Present Value Method, karena kedua-duanya memperhitungkan nilai waktu uang dimasa yang akan datang. Perbedaannya adalah dalam Present Value Method tarif kembalian (rate of return) sudah ditentukan lebih dahulu sebagai tarif kembalian. Sedangkan dalam Discounted Cash Flow Method justru tarif kembalian ini yang dihitung sebagai dasar untuk menerima atau menolak suatu usulan investasi.
Kriteria penerimaan dengan menggunakan metode ini, jika IRR lebih besar dari rate of return yang diisyaratkan maka usulan investasi layak diterima, karena menunjukkan bahwa suatu proyek akan mendatangkan keuntungan. Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari rate of return yang diisyaratkan maka usulan investasi tersebut ditolak, karena  menunjukkan bahwa proyek tersebut mendatangkan kerugian.

Kebaikan metode IRR

Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang

Kelemahan metode IRR

Terletak pada aturan atau kaidah IRR yang menyatakan bahwa apabila ada 2 Proyek yang mutually excluasive, maka proyek yang dipilih yang memiliki IRR lebih besar.

4.      Metode ARR ( Acounting Rate of Return ) 
Metode accounting rate of return atau sering disebut average rate of return, menunjukkan prosentase keuntungan neto sesudah pajak dihitung dari average investment. Apabila tiga metode payback period, dan net present value mendasarkan diri dari proceeds atau cash flows, maka metode accounting rate of return ini mendasarkan diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku ( reported acounting income ).
Kriteria pemilihan investasi dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut : 
Ø  Suatu investasi akan diterima jika kembalian investasinya dapat memenuhi batasan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak perusahaan.
Ø  Jika pengambilan keputusan belum memiliki batsan tarif kembalian investasi, maka dari beberapa investasi yang diusulkan dipilih adalah yang memberikan tingkat kembalian yang terbesar.

Kebaikan metode ARR

Metode ini telah memperhitungkan aliran kas selama umur investasi.

Kelemahan metode ARR

1.      Tidak memperhitungkan nilai waktu uang.
2.      Dipengaruhi oleh penggunaan metode depresiasi.
3.      Metode ini tidak dapat diterapkan jika investasi dilakukan dalam beberapa tahap.

SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA

Pengertian Modal Kerja
Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidak-cukupan maupun mis management dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan.
Menurut para ahli :
Menurut Martono dan Agus Harjito, Manajemen Keuangan (2001)
Modal kerja adalah Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan(1997) ada dua pengertian modal kerja, yaitu :
·        

 
Modal kerja gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar
·         Modal kerja net working capital adalah kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar.

       Menurut John Fred Weston dan Thomas G. Copeland dalam bukunya “Manajemen Keuangan”, (1991 ; 327) yang diterjemahkan oleh Jaka Wasana dan Kribrandoko adalah sebagai berikut : “Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar”.


       Sedangkan menurut W.B. Taylor dalam bukunya  “Manajemen Keuangan” (1989 ; 54) menggolongkan modal kerja dalam dua bagian yaitu :
1.      Modal Kerja Permanen, adalah modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :
-          Modal Kerja Primer
Yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
-          Modal Kerja Normal
Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian di sini dalam artian dinamis.
2.   Modal Kerja Variabel, adalah modal kerja jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan menjadi :
-          Modal Kerja Musiman
Yaitu yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
-          Modal Kerja Iklim
Yaitu yang besarnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur.
-          Modal Kerja Darurat
Yaitu yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.

Konsep Modal Kerja

Ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umumnya dipergunakan yaitu :

1.      Konsep Kwantitatif

Konsep ini menitik beratkan kepada dana yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar(gross working capital).

2.      Konsep Kwalitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang bersal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahan. Definisi ini bersifat kwalitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya {hutang jangka pendek} dan menunjukkan

pula margin of protection atau tingkat keamanaan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsunagn operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan lancarnya.

3.      Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan  fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan laba dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidk semua dan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang.

Jenis-Jenis Modal Kerja

Modal Kerja dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1.      Modal Kerja Permanen (Permanen Working Capital), yaitu modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat dibedakan dalam :
a.      Modal Kerja Primer (Primari Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pda perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b.      Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2.      Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :
a.      Modal Kerja Musiman (Seaseonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b.      Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtor.
c.       Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Sumber-Sumber Modal Kerja

Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari ;
1.      Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari  hasil operasi perusahaan.
2.      Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.Dengan adanyan penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas.

3.      Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil apenjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.

4.      Penjualan saham atau obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.

Pengunaan Modal Kerja

Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan laporan laba-rugi yang merupakan penggunaan modal kerja menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang. Unsur-unsur tersebut meliputi :

1.      Bertambahnya aktiva tetap

Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian. Bertambahnya aktiva tetap karena pembelian memerlukan uang kas, sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut merupakan unsur yang memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja.

2.      Berkurangnya hutang jangka panjang

Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau melunasi hutang jangka panjangnya, maka uang kas perusahaan akan berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang dalam hal,ini merupakan penggunaan modal kerja.

3.      Berkurangnya modal sendiri

Seperti obligasi perusahaan membeli kembali saham biasa atau saham preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu saham yang berkurang berarti modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya modal sendiri tersebut memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal kerja.
4.      Adanya pembaran deviden kas
Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham dapat berupa saham, properti maupun kas. Deviden yang dibayarkan dalam bentuk kas akan mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu deviden kas ini merupakan penggunaan modal kerja.

5.      Adanya kerugian

Kerugian yang diderita perusahaan akibat dari biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diterima Kerugian ini harus ditutupi dengan kas oleh perusahaan. Oleh karena itu kas yang digunakan untuk menutup kerugian tersebut merupakan penggunaan modal kerja.
Tujuan Penggunaan Modal Kerja
1.      Untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam penggunaan modal kerja yang tersedia dan mengetahui dari mana sumber modal kerja tersebut diperoleh.
2.      Untuk memberikan pemahaman terhadap operasi keuangan perusahaan terutama bagi manajer keuangan dalam menganalisa rencana dimasa lalu dan masa yang akan datang.
3.      Untuk memperkirakan apakah perusahaan telah berkembang dengan cepat dan apakah perusahaan mulai kehabisan sumber-sumber pembelanjaan.
4.      Untuk penilaian pembelanjaan perusahaan yaitu menunjukkan seberapa besar pertumbuhan perusahaan yang dibelanjai dari dalam perusahaan dan seberapa besar pertumbuhan perusahaan yang di belanjai dari luar perusahaan.