Selasa, 03 Januari 2012

PENGAWASAN PRODUKSI TERHADAP KUALITAS PRODUKSI


Arti dan Peranan Pengawasan Produksi
Setiap pimpinan perusahaan mengemban tanggung jawab untuk melaksanakan rencana dan tujuan perusahaan dimana ia bekerja sesuai dengan kedudukan, bidang, dan wewenang yang diperoleh. Jadi dalam melaksanakannya seorang manajer harus dapat memahami manajemen dengan baik. Sehubungan dengan itu penulis ingin memberikan definisi manajemen menurut Jamees A.F. Stoner dan Charles Wenkel (1992 : 4) sebagai berikut :
            Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua lain-lain sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yan telah ditetapkan.
            Adapun tujuan perusahaan secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Berproduksi dengan sukses.
2.      Berproduksi dengan ekonomis.
3.      Berproduksi dengan dapat menyelesaikan pembuatan barang atau jasa tepat pada waktunya.
4.      Berproduksi dengan harapan memperoleh keuntungan.
Salah satu proses operasional yang penting dalam aspek produksi untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut adalah dengan pengawasan produksi (production control).  Pengawasan tidak dapat diadakan tanpa adanya perencanaan, sebaliknya perencanaan dapat dilakukan tanpa pengawasan. Hanya dalam hal yang disebut terakhir maka pelaksanaan rencana yang telah digariskan tidak dapat dijamin. Pengawasan berusaha untuk memberikan agar pelaksanaan rencana itu sesuai dengan apa yang telah ditentukan.
            Dimuka telah dinyatakan bahwa pengawasan tidak dapat dipisahkan dari rencana atau tujuan tertentu, maka dalam pengawasan perlu diketahui :
1.      Tujuan yang telah ditetapkan.
2.      Cara menilai atau mengukur aktivitas yang dijalankan.
3.      Cara membandingkan aktivitas dengan pedoman yang telah ditentukan.
4.      Cara untuk mengadakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi agar tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai.
Dalam suatu kegitan produksi di suatu perusahaan mungkin saja terjadi penyimpangan atau kesalahan dari apa yang diharapkan atau direncanakan sebelummnya. Dengan adanya pengawasan produksi maka dapat dicari sebab-sebab timbulnya penyimpangan, berapa besar penyimpangan dan kesalahan tersebut dan kemungkinan-kemungkinan untuk memperkecil dan menghindari serta mencari kemungkinan tentang dasar-dasar perbaikan atas penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan pengawasan menurut George R. Terry (1980 : 23) adalah
 mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan , menentukan sebab-sebab    penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu.
Definisi lain mengenai pengawasan antara lain menurut Sofjan Assauri (1980 ;120), pengawasan adalah
 kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atau memastikan apakah kegiatan produksi dapat mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Pengawasan produksi merupakan kegiatan yang terdiri dari sekumpulan prosedur yang dengan baik digariskan bertujuan mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses produksi, manusia, mesin, alat-alat (tools) dan material kedalam arus yang lancar untuk dapat menghasilkan outpit (product) dengan kemungkinan sedikit sedikit sekli interruption, dalam waktu yang secepat mungkin dan dengan pengorbanan biaya yang sekecil-kecilnya.
Sedangkan menurut Harsono (1984 ; 87) dinyatakan bahwa :
 pengawasan produksi tidak semata-mata dimaksudkan untuk mengawasi produk yang jadi, tetapi pengawasan dimulai sejak dari persediaan bahan mentah sampai barang jadi.
            Pengawasan produksi dapat dikatakan menyerupai tata kerja otak manusia mengawasi tata persyaratan di dalam tubuh. Demikian pula pengawasan produksi yang mengatur kegiatan manufacturing sehingga schedule yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efisien.
            Menurut Cloude S. George (1991 ; 263) pengawasan produksi adalah mempercepat dan mengawasi pekerjaan melalui suatu pabrik, hingga pekerjaan bergerak dari satu departemen ke departemen lain secara sistematis tanpa adanya kelambatan dengan kemacetan-kemacetan yang minimum.
            Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengawasan produksi merupakan suatu kegiatan pengawasan yang dimulai sejak penyediaan bahan mentah sampai barang jadi bertujuan mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses produksi
 untuk dapat menghasilkan produk dalam waktu yang tepat dan ongkos yag minimum.
            Perusahaan yang melaksanakan fungsi pengawasan produksi ini akan memperoleh beberapa keuntungan antara lain :
1.      Dapat membantu tercapainya operasi produksi yang efisien.
2.      Membantu merencanakan prosedur pengerjaan yang kacau dan sembarangan menjadi lebih sederhana.
3.      Tercapainya kegiatan yang dibutuhkan pada titik yang minimum, sehingga dapat dilakukan penghematan dalam penggunaan tenaga kerja dan bahan.
Jadi pengawasan produksi membantu pelaksanaan operasi produksi agar lebih efisien dan lancar dengan biaya yang minimal pada tingkat hsil tertentu.
            Untuk menjaga ketepatan waktu penyerahan dan kegiatan operasi yang ekonomis, maka banyak manajer mengadakan suatu pengawasan produksi dan memberinya tanggung jawab untuk mengetahui keadaan seluruh pesanan dalam pabrik dan mengkoordinasi sluruh aspek-aspek pengerjaannya dari saat diterimanya pesanan itu sampai siap untuk diserahkan pada langganan.
Secara umum tujuan dari pengawasan produksi adalah :
1.      Acceptance good, yang berarti bahwa pengawasan produksi menghendaki agar pabrik dapat memproduksi barang yang diterima oleh konsumen, baik kualitas maupun kuantitas, yang berarti selera konsumen akan terpenuhi.
2.      On time, artinya pengawasan produksi menghendaki agar pelaksanaan ktivitas produksinya dapat dilakukan tepat pada waktunya. Secara praktis        pelaksanaan aktivitas produksi yang tepat ini akan memberikan jaminan adanya penyerahan produk pada konsumen dengan tepat.
3.      Economically, yaitu pembuatan barang oleh perusahaan harus ekonomis, ini berarti akan menimbulkan konsekuensi bagi perusahaan agar dapat mengalokasikan biaya-biaya produksinya secara seimbang dan efisien.
Dalam pengawasan produksi empat fungsi utama yang perlu diperhatikan yaitu :
1.      Routing
Yaitu fungsi yang menentukan dan mengatur urutan-urutan operasi yang akan dilalui, dimulai dari bahan hingga barang itu selesai dikerjakan menjadi barang jadi. Routing ini merupakan dasar dari fungsi scheduling dan dispatching.


2.      Schedule
Merupakan usaha menentukan urut-urutan operasi yan akan dilalui, sehingga dapat dilakukan pengalokasian bahan baku, bahan pembantu serta fasilitas lainnya dan kapan pekerjaan-pekerjaan itu harus selesai.
3.      Dispatching
Yaitu pemberian perintah-perintah kepada para pekerja yang telah ditentukan untuk mengerjakan aktivitas tertentu. Perintah-perintah ini berasal dari order set yang telah disusun sebelumnya.
4.      Follow-up
Follow-up merupakan fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi.
Jenis-Jenis Pengawasan Produksi
Kita mengenal beberapa jenis pengawasan yang mempunyai perbedaan-perbedaan nyata. Menurut Sofjan Assauri (1980 ; 156) jenis-jenis pengawasan tersebut antara lain :
1.      Pengawasan Pesanan (Order Control)
Pengawasan pesanan biasanya digunakan dalam proses produksi terputus-putus (intermittent procces). Tujuan utama pengawasan pesanan adalah mengerjakan dan menyelesaikan suatu pesanan tertentu. Seluruh pekerjaan terdiri dari kumpulan pekerjaan, merupakan suatu pesanan. Pesanan ini dapat dari pembeli atau bagian yang mengurus persediaan.
Jadi yang dimaksud dengan order kontrol yaitu pengawasan produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan sehingga produk tersebut sesuai dengan keinginan pemesan, baik mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya

2.      Pengawasan Arus (Flow Control)
Pengawasan arus yaitu pengawasan produksi yang dilaukan terhadap arus kerja, sehingga dapat menjamin kelancaran proses pengerjaan.
Jenis pengawasan ini digunakan dalam produksi yang terus menerus dalam pabrik. Tujuan utama pengawasan ini adalah mengusahakan agar tercapai tingkat hasil yang konstan setiap jamnya.
            Setelah diketahui pada hakekatnya jenis produksi yang ada dibagi dalam dua kelompok besar yaitu jenis produksi persediaan dan jenis produksi pesanan maka jika dihubungkan dengan fungsi-fungsi perencanaan dan pemgawasan produksi dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1.      Bahwa fungsi perencanaan merupakan prioritas utama yang perlu dilaksanakan dalam jenis produksi untuk persediaan, disusul dengan fungsi follow-up, sedangkan fungsi-fungsi routing, schedule, dan dispatching secara otomatis akan mengikuti karena jalannya produksi sudah tertentu, hal-hal yang perlu dikerjakan secara implisit sudah tersirat dalam proses sehingga tak perlu di skedul dan dikeluarkan perintah-perintah lagi.
2.      Fungsi routing, terutama identifikasi kegiatan, waktu kegiatan, serta urut-urutan kegiatan, persiapan bahan, alat dan personalia merupakan fungsi prima yang perlu ditanggulanggi segera setelah pesanan diterima, disusul dengan kecepatan dan ketepatan membuat skedu-skedul, pemberian perintah-perintah, tergantung pada jenis-jenis pekerjaan serta follow-up. Adapun fungsi perencanan percuma saja dilakukan selama pesanan-pesanan tak dapat diperkirakan terlebih dahulu datangnya baik jumlah, jenis dan waktunya.
Penentuan Standarisasi Produk
Untuk menentukan jumlah produksi yang akan dilaksanakan, maka salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah production standard, yaitu suatu ukuran yang menjadi patokan atau pegangan dalam melaksanakan kegiatan produksi.
Secara umum type standard menurut Agus ahyari (1981 : 221-222) akan dapat menjadi dua bagian :
1.      Technical Standard
Merupakan standar yang berhubungan dengan proses produksi perusahaan misalnya standar bahan baku, standar tenaga kerja dan sebagainya.
2.      Managerial Standard
Merupakan standar yang berhubungan dengan proses administrasi perusahaan, seperti kebijaksanaan perusahaan, prosedur personalia, sistem akuntansi dan lain sebagainya.
Dalam manajemen produksi yang akan dibicarakan lebih mendetail adalah technical standard, karena type standart ini merupakan type standar yang berhubungan dengan proses produksi perusahaan.
      Dalam penyusunan standard produksi terdapat berbagai macam standard yang digunakan perusahaan. Masing-masing jenis standard tersebut berbeda-beda kegunaannya secara langsung, namun semuanya kan saling berhubungan. Penggunaan suatu jenis standard produksi akan mempunyai kaitan dengan jenis standard produksi lainnya. Disamping itu masing-masing jenis standard produksi ini akan saling melengkapi, sehingga penggunaan salah satu jenis standar saja tanpa memperhatikan yang lain akan mengurangi manfaat dari penggunaan standar itu sendiri. Jenis-jenis standar produksi tersebut adalah :
1.      Standar bahan baku
2.      Standar tenaga kerja
3.      Standar peralatan produksi
4.      Standar bentuk, warna dan ukuran
5.      Standar kualitas
Untuk melaksanakan kelima hal tersebut diatas maka diperlikan suatu peramalan produksi (production forecasting). Ramalam produksi ini dibuat dengan alasan adanya pandapatan yang rendah, adanya kemungkinan subsidi, persediaan

barang yang berlimpah atau kemungkinan “under production”. Semuanya perlu dihindari.. Pada hakekatnya tujuan  production forecasting adalah :
1.      Sebagai dasar pembuatan anggaran.
2.      Meminimumkan fasilitas pabrik sebaik-baiknya untuk memproduksi jenis produk dalam jumlah yang optimal.
3.      Meminimumkan persediaan barang jadi.
4.      Meminimumkan investasi modal pada peralatan-peralatan.
5.      Menstabilkan kesempatan kerja sehingga tidak terdapat pertentangan antara manajemen dengan karyawan.
Oleh karena itu banyak faktor yang perklu diperhatikan dalam usaha mengadakan production forecasting dan planing ini, menurut Harsono (1977 ; 2) yaitu :
1.      Faktor extern, terdiri dari :
a.       Keadaan dunia usaha pada umumnya.
b.      Keadaan khusus misalnya fluktuasi sekuler pengaruh pertambahan penduduk, kenaikan/penurunan taraf hidup, fluktuasi musiman, siklus random, persaingan, produk yang dijual (barang mentah atau kosumsi), saluran distribusu, peraturan pemerintah dan lain-lain.
2.      Faktor intern, terdir dari :
a.       Fasilitas produksi.
b.      Lama waktu melakukan kegiatan.
c.       Lama waktu yang dapat ditoleransi bila ada hambatan.
Teknik Pengawasan Kualitas Secara Statistik
Dalam dunia industri, kualitas atau mutu barang yang dihasilkan merupakan faktor yang sangat penting. Barang yang dihasilkan antara lain ditentukan kualitasnya ditentukan pada pengukuran ataupun penilaiian karakteristik-kateristuk tertentu. Hasil pengukuran yang dipakai untuk penentuan kualitas barang nilainya berubah-ubah dari produk yang satu keproduk yang lainnya meskipun kondisi proses produksi dapat diusahakan bersama. Dengan demikian timbulah variasi kualitas.
            Ditinjau dari statistik, ada dua macam variasi kualitas yang dikenal, yaitu :
1.      Bersifat probabilistik, yaitu variasi yang terjadi secara kebetulan dan tak dapat dielakan. Dalam variasi kualitas ini dapat dikatakan bahwa proses berjalan dalam kontrol.
2.      Bersifat eratik, yaitu variasi yang terjadi tidak menentu karena timbulnya penyebab tak wajar. Variasi ini menunjukkan bahwa proses berjalan diluar kontrol, maka harus ditemukan penyebabnya, proses dihentikan dan diperbaiki supaya terjadi proses dalam kontrol.
Untuk dapat melakukan hal-hal tersebut diatas, maka perlu diadakan pengontrolan kualitas. Tehnik pengawasan kualitas secara statistik dikelompokkan dalam :
1.      Metode Control Chart
a.       Untuk mengukur rata-rata
b.      Untuk mengukur variable
c.        Untuk mengukur attribute


2.      Metode Acceptance Sampling
a.       Kurva Operating Characteristic (OC)
b.      Average Outgoing Quality Level (AOQL)
Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini dalah metode control chart untuk mengukur attribute, dengan penggolongan dilakukan atas dua kategori atau mungkin lebih, diperlukan diagram kontrol tersendiri jika ingin melakukan pengontrolan kualitas terhadap produk tersebut. Dalam hal ini penulis menggolongkan produk yang dihasilkan kedalam salah satu kategori dari dua kategori, yaitu rusak atau baik. Menurut Sudjana (1996 ; 432-433) ini berarti berhadapan dengan populasi vans berdistribusi binom.
Jika proporsi rusak dari distribusi binom besarnya diketahui dan sama dengan p, maka diagram kontrol dengan dua simpangan baku untuk proporsi p dapat dibentuk oleh garis-garis :
Sentral  =   p
UCL    =  p + 2 p q
                               n

LCL      = p + 2 p q
                                           n

            Dengan n = ukuran tiap sample yang telah diambil, p = rata-rata untuk proporsi barang rusak dalam tiap sample, q = 1 – p

            Hal-hal yang mempengaruhi tingkat pengawasa mutu yang dilakukan tergantung pada faktor-faktor berikut ini :


1.      Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin kita capai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada. Tidak akan ada gunanya kita mengawasi suatu proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan proses yang ada.
2.      Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi dari hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses tadi dan keinginan atatu kebutuhan konsumen. Dalam hal ini harus dapat dipastikan dulu apakah spesifikasi yang ditentukan tersebut dapat berlaku dari kedua sisi yang dapat disebutkan, sebelim pengawasan mutu pada proses dapat dimulai.
3.      Apkiran/Scrap yang dapat diterima
Tujuan mengawasi suatu proses adalah untuk mengurangi bahan-bahan dibawah standar, bahan-bahan yang terbuang atau bahan-bahan apkiran menjadi seminimal mungkin. Tingkat pengawasan yang dilakukan tergantung banyaknya bahan-bahan yang berada dibawah standar atau apkiran (scrap) yang dapat diterima. Banyaknya produk yang rusak yang dapat diterima harus ditentukan dan disetujiu sebelumnya.
4.      Ekonomisnya kegiatan produksi
Ekonomis atau efisiennya suatu kegiatan produksi tergantung pada seluruh proses-proses yang ada didalamnya. Suatu barang yang sama dapat dihasilkan dengan biaya-biaya produksi yang berbeda, dan dengan jumlah barang-barang apkiran yang berbeda. Tidaklah selalu ekonomis untuk memilih proses dengan
 jumlahbarang apkiran yang sedikit, karena biaya untuk pengerjaan (processing cost ) lebih lanjut mungkin akan lebih mahal.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Dalam menjalankan proses produksi setiap perusahaan akan selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang itu berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan mutu produksi. Oleh karena itu diperlukan perhatian dan pertimbangan yang cukup terhadap faktor-faktor produksi yang merupakan pembentuk mutu. Faktor-faktor tersebut menurut Eiji Ogawa (1984 : 234-238) adalah :
1.      Manusia (Man)
Keberadaan manusia sebagai faktor yang sangat penting karena manusia adalah pelaksana dari semua faktor produksi yang ada. Sukses tidaknya pengawasan mutu tergantung pada manusia yang terlibat dalam kegiatan produksi, sehingga pemebrian motivasi yang baik dan benar akan meningkatkan proses produksi yang dijalankan oleh para karyawan.
2.      Mesin dan peralatan (Machines)
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada dasarnya adalah untuk membantu meringankan tugas manusia dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga dapat menghemat baik waktu, tenaga maupun biaya tetapi produk yang dihasilkan bermutu baik karena mesin dan peralatannya sudah distandarisasi. Dengan demikian baik buruknya mesin dan peralatan yang digunakan akan mempengaruhi efisiensi produksi perusahaan.
3.      Manajemen (Management)
Manajemen merupakan salah satu faktor yang penting karena dalam manjemen itulah manusia atau tenaga kerja direncanakan, diarahkan dan dikendalikan ke arah penciptaan suatu produk yang sesuai dengan standar kualitas. Keadaan ini memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan serta meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan.
4.      Uang (Money)
Tinggi rendahnya biaya pengawasan mutu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya biya yang dikeluarkan dalam proses produksi pada umumnya dan pengawasan mutu pada khususnya.
5.      Metode (Method)
Suatu perusahaan harus mampu memanfaatkan secara efektif dan efisien terhadap tenaga kerja, mesin dan biaya dalam rangka memproduksi barang yang sesuai dengan keiginan dan selera konsumen. Untuk itu pihak manajemen akan selalu mengubah metode kerja, sehingga tercapai efesiensi produksi.

5 komentar:

  1. Bagaimanakah proses pengawasan di bidang produksi itu sendiri?

    BalasHapus
  2. Bagaimanakah proses pengawasan di bidang produksi itu sendiri?

    BalasHapus
  3. Bagaimanakah proses pengawasan di bidang produksi itu sendiri?

    BalasHapus